Tuesday 18 April 2017

Banyak uang mungkin menjadi prioritas utama bagi seseorang dalam menjalani hidup. Uang memanglah menjadi sesuatu yang paling berguna dalam hidup, untuk makan perlu uang, untuk berpakaian perlu uang, bahkan untuk sekedar jalan pun kita butuh yang namanya uang. Uang memang memberi kita kenyamanan, nyaman untuk bergerak kemanapun yang kita inginkan. Namun uang tak selamanya dimiliki, lambat laun uang akan habis karena kita gunakan, memang jika habis kita bisa cari lagi, namun tidakkah kita merasa lelah, mencari uang untuk dihabiskan demi rasa nyaman, bahkan sebelum kita nyaman ataupun senang terkadang uang sudah habis terlebih dahulu. Maka berhentilah berfikir bahwa uang menjadi pokok utama untuk kita merasa nyaman ataupun bahagia, ingatlah masih banyak hal-hal yang mampu membuat kita nyaman dan bahagia, bahkan hal kecilpun bisa membuat kita nyaman dan bahagia tergantuk pemikiran kita seperti apa.
Mempunyai teman adalah salah satu contoh yang mampu membuat kita nyaman dan bahagia dalam menjalani hidup, meski kadang hal yang kita lakukan bersama teman bersifat konyol dan lebih kekanak-kanakan, namun justru yang seperti itulah yang mampu menghilangkan strees kita. Denganbteman kita mampu tertawa lepas meski kantong kering dompet hanya menyisakan selembar uang sepuluh ribuan. Teman tak memandang sosial bahkan tak memandang dari mana kita berasal, dari keluarga seperti apa, bagaimana masalalu kita, dan lain sebagainya. Teman tak selamanya memandang kita dari segi materi, seberapa banyak uang kita, karena bagi teman hal terpenting adalah bisa kumpul bareng, tertawa bareng, bertukar cerita meski hanya ditemani secangkir kopi. Teman akan slalu menjadi penyemangat, penyemangat dalam menyelesaikan tugas/pekerjaan, penyemangat menjalani hidup, dan bahkan penyemangat saat kita lagi krisis keuangan. Teman akan selalu ada untuk kita, meski jarang tanya kabar, atau sekedar tanya kegiatan kita, namun merekalah yang akan mengerti harus berbuat apa terhadap kita.
Jadi perbanyaklah menjalin pertemaan, uang memang penting namun teman jauh lebih penting. Dari teman kita bisa mendapat uang, entah karena relasi pekerjaan atau info yang mereka bagikan kepada kita.

Nyamanya hidup bersama teman

Monday 17 April 2017

Hidup untuk Berjuang?, atau Berjuang untuk Hidup!
Dalam dunia nyata khususnya bagi anak perantauan dari kedua kalimat diatas yang lebih pantas mewakili kisah mereka ialah "Berjuang untuk Hidup!". Dimana mereka akan diuji habis-habisan dalam menjalani hidup sebagai anak perantauan, jauh dari lingkungan yang membesarkannya, jauh dari teman yang menemani tangis dan tawanya dan yang lebih pedih harus jauh dari orang tua dan keluarga yang mungkin slalu memanjakannya...
Dan pastinya rasa rindu akan slalu datang di bulan bulan pertama saat merantau. Dimana kita rindu nongkrong bareng teman, kumpul bareng tetangga, atau sekedar bercanda sama keluarga. Dan yang lebih menyakitkan adalah disaat kita susah atau diposisi terpuruk kita jauh dari mereka, yang biasanya merekalah penghibur kita.
Maka sebelum kita merantau pastikan kita siap dengan sgala konsekwensi yang akan datang. Saat merantau kita dituntut untuk selalu siap dan tegar dalam menghadapi segala hal, karena tidak semua hal mampu datang sesuai dengan apa yang kita pikirkan, contoh kecilnya saja saat kita pergi merantau untuk mencari pekerjaan, biasanya kita berfikir dengan merantau ke kota yang lebih maju maka kita akan mendapatkan banyak peluang kerja disana, nyatanya tidak demikian, dikota maju juga banyak calon-calon pekerja yang handal, dan mungkin lebih handal dari kita, maka dari itu cerdas di otak saja tidak cukup, artinya kita juga harus punya skill yang mampu membuat kagum orang lain. Berjuang hidup dikota orang tidak semudah kita berjuang dikota sendiri, dikota orang kita harus beradaptasi dengan lingkungan baru, bertemu dengan orang-orang baru, serta harus belajar hal hal baru yang ada dikota tersebut. Mungkin itu semua terlihat mudah, namun kenyataannya sungguh luar biasa menguras tenaga, pikiran, serta emosi, belum lagi kalo tujuan kita belum tercapai, akan sangat sulit menjalaninya, kita ingin fokus pada satu titik terlebih dahulu namun disisi lain kita dituntut untuk fokus ke banyak hal, dengan demikian emosilah yang paling diuji, kesabaran dan cara mengatur waktu lah jalan terbaik.
Selain hal diatas dalam dunia perantauan kita juga harus memikirkan materi, dimana tujuan kita merantau pastinya untuk mendapatkan materi yang lebih utuk hidup yang lebih layak pula, namun bagaiman kalau kita belim juga mendapatkan hasil yang kita targetkan?, kecewa pasti menjadi momok yang menakutkan. Kelaparan di tanggal tua, minim hiburan di tanggal tua, dan lain sebagainya. Hemat pasti akan kita lakukan namun seberapa kita kuat berhemat jika kita hidup bermasyarakat, kita merantau mencari kehidupan yang lebih layak disisi lain kita juga mencari teman, dan pastinya kita juga ingin mengikuti apa yang teman lakukan, menghibur diri dengan nonton misalnya, atau hanya sekedar nongkrong di cafe-cafe dan itupun juga memerlukan biaya. Menolak ajakan teman sesekali mungkin masih bisa namun untu selalu menolak ajakannya saya rasa kita tidak akan mampu.
Lupa waktu... dalam dunia anak perantauan biasanya akan sangat sering lupa waktu. Waktu untuk istirahat, waktu untuk menghubungi keluarga, dan waktu untuk menjalankan ibadah, ini terjadi mungkin karena mereka terlalu mengejar materi, hingga lupa akan hal-hal penting.
Maka dari itu semua persiapkan diri dengan sebaik-baiknya sebelum merantau. Agar perantauan kita menghasilkan apa yangvkita targetkan tanpa melupakan hal hal penting disekitar kita.

Sepenggal kisah anak perantauan #1

Thursday 13 April 2017

Dalam hidup pastinya ada waktu kapan kita senang dan kapan kita sedih. Dalam hidup juga kita harus siap dalam segala hal yang akan datang kepada kita. Meski hanya sedetikpun kita harus siap. Karena apa yang akan terjadi kedepannya kita tidak pernah tau apa itu sesuai dengan apa yang kita pikirkan atau tidak. "Lalu bagaiman kita menghadapi apa yang akan terjadi agar kita tidak larut dalam kesedihan ataupun kegundahan di kemudian hari..?"
Hal yang dapat kita lakukan adalah terus tunduk pada Tuhan Yang Maha ESA, selalu berdoa agar kita mampu menghadapi segala resiko didepan kita. Dan yang tidak kalah penting adalah selalu berfikir kritis, sebagian orang engan untuk berfikir kritis karena bagi mereka berfikir kritis akan membawa dampak buruk bagi emosi kita, mereka berfikir kita terlalu takut hingga harus berfikir kritis sebagai jalan lain untuk mundur atau menyerah, namun sebenarnya berfikir kritis sangatlah perlu bukan untuk membuat kita takut akan bayang-bayang hitam yang masih samar-samar didepan namun berfikir kritis untuk mempersiapkan sgala kondisi dan kemungkinan buruk yang akan terjadi, dengan berfikir kritis kita mampu mempersiapkan diri dengan baik, mampu mempersiapkan mental, mampu mempersiapkan kebutuhan apa yang akan berguna dikejadian yang tidak kita duga, berfikir kritis bukan berarti pesimis akan setiap hal, namun lebih kehati hatian dalam bertindak dan mempersiapkan diri agar kita tidak terjatuh terlalu dalam akan kepahitan hidup. Jangan selalu berfikir "semua selesai pada saatnya yang penting jalani aja dulu." Tanpa ada persiapa apapun, jika seperti itu apakah kita siap jika kita terlalu lama dalam posisi terburuk kita. Yakinkah kita mampu bertahan dimana kita tidak pernah tau kapan hal buruk itu selesai. Banyak juga yang bilang "hidup itu kayak air sungai ikuti aja arusnya kalo ada batu tinggal belok kalo ada lubang tingal lewatin ntar juga sampai ke muara". Jika seperti itu tidakkah kita berfikir bagaima perjuangan air, jika kita ibaratkan diri kita air tidak takutkah kita habis teresap tanah sebelum sampai muara yang kita tuju, tidak takutkah kita habis menguap dalam perjalanan menuju muara, bahkan ikanpun enggan mengikuti arusnya, taukah kalian ikan selalu menghadap ke arah yg berlawanan dengan arus air, jika kita terus berfikir mudah untuk menghadapi segala hal lalu bagaimana jika kita sudah sampai di posisi dimana kita sudah tak sanggup lagi bertahan. Berfikirlah kritis bukan berarti kita takut dengan apa yang akan terjadi namun lebih ke mempersiapkan diri dengan sgala kemungkinan buruk yang akan datang.
Jadi jangan takut berfikir kritis untuk kebutuhan kita akan hal hal yang tak akan pernah kita duga ki waktu yang akan datang.

Jangan Takut Berfikir KRITIS

Tuesday 7 January 2014

          Banyak hal yang bisa kita ambil dari filosofi wayang. Secara tersirat empat sosok Punakawan memiliki arti filosofis yang tinggi. Dalam berbagai cerita di wayang, Punakawan adalah merupakan empat sosok yang memiliki kesetiaan tinggi pada Bendaranya (tuannya). Mereka selalu mengawal kemana pun tuannya pergi.

          Sebelum kita membahas mengenai sosok Punakawan, terlebih dulu kita kupas arti dari Punakawan. Kata Punakawan juga bisa disebut Panakawan. Panakawan terdiri dari kata Pana = Memahami; Kawan: Teman. Teman dalam hal ini yang dimaksud adalah teman hidup yang senantiasa mendampingi kita. Secara tersirat, keempat sosok Punakawan itu merupakan gambaran dari pemahaman Kawruh Kejawen, Sedulur Papat, Lima Pancer.

          Keempat sosok Punakawan tersebut sangat terkenal, mereka antara lain Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Mereka digambarkan sangat setia mengawal kemana pun ksatria yang menjadi tuannya pergi. Tuan dari Panakawan yang sering dikawal adalah Arjuna. Umumnya, para Panakawan mengiringi kemana pun Arjuna pergi untuk melakukan tapa brata.

          Pertanyaan yang muncul, jika Punakawan/Panakawan digambarkan sebagai Sedulur Papat, lalu siapa makna filosofis bagi ksatria (Arjuna) yang dikawal Punakawan itu? Simbolisasi ksatria adalah diri manusia itu sendiri yang juga disebut Pancer.

          Posisi pancer berada di tengah, diapit oleh dua saudara tua (kakang mbarep, kakang kawah) dan dua saudara muda (adi ari-ari dan adi wuragil). Ngelmu sedulur papat lima pancer lahir dari konsep penyadaran akan awal mula manusia diciptakan dan tujuan akhir hidup manusia (sangkan paraning dumadi). Awal mula manusia hidup diawali dari saat-saat menjelang kelahiran. Sebelum sang bayi (pancer) lahir dari rahim ibu, yang muncul pertama kali adalah rasa cemas si ibu. Rasa cemas itu dinamakan Kakang mbarep. Kemudian pada saat menjelang bayi itu lahir, keluarlah cairan bening atau banyu kawah sebagai pelicin untuk melindungi si bayi, agar proses kelahiran lancar dan kulit bayi yang lembut tidak lecet atau terluka. Banyu kawah itu disebut Kakang kawah.

          Setelah bayi lahir akan disusul dengan keluarnya ari-ari dan darah. Ari-ari disebut Adi ari-ari dan darah disebut Adi wuragil. Ngelmu sedulur papat lima pancer memberi tekanan bahwa, manusia dilahirkan ke dunia ini tidak sendirian. Ada empat saudara yang mendampingi. Seperti halnya pada agama Islam yang juga dinyatakan di Al Qur'an bahwa "Pada setiap manusia ada penjaga-penjaganya".

          Pancer adalah suksma sejati dan sedulur papat adalah raga sejati. Bersatunya suksma sejati dan raga sejati melahirkan sebuah kehidupan. Hubungan antara pancer dan sedulur papat dalam kehidupan, digambarkan dengan seorang sais yang mengendalikan sebuah kereta, ditarik oleh empat ekor kuda, yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih. Sais kereta melambangkan kebebasan untuk memutuskan dan berbuat sesuatu. Kuda merah melambangkan energi, semangat, kuda hitam melambangkan kebutuhan biologis, kuda kuning melambangkan kebutuhan rohani dan kuda putih melambangkan keheningan, kesucian. Sebagai sais, tentunya tidak mudah mengendalikan empat kuda yang saling berbeda sifat dan kebutuhannya. Jika sang sais mampu mengendalikan dan bekerjasama dengan ke empat ekor kudanya dengan baik dan seimbang, maka kereta akan berjalan lancar sampai ke tujuan akhir, Paraning Dumadi.

Dhandhanggula
  1. Ana kidung akadang premati, among tuwuh ing kawastanira, nganakaken saciptane, kakang kawah puniku, kang rumeksa ing awak mami, anekakaken sedya, pan kuwasanipun, adhi ari-ari ika, kang mayungi ing laku kuwasaneki, ngenakaken pengarah.
  2. Ponang getih ing rahina wengi, angrowangi Allah kang kuwasa andadekaken karsane, puser kuwasanipun, nguyu-uyu sembawa mami, nuruti ing panendha, kuwasanireku, jangkep kadangingsun papat, kalimane pancer wus sawiji, nunggul sawujud ingwang. 
  3. Yeku kadangingsun kang umijil, saking margaina sareng samya sadina awor enggone, sekawan kadangingsun, dadiya makdumsarpin sira, wawayangan ing dat reke dadiya kanthi, saparan datan pisah.(*)

Filosofi Punakawan

 
Punakawan's © 2015 - Designed by Templateism.com